Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Semoga Allah senantiasa mencurahkan nikmat dan karunia pada kita
semua. Hai malaikat tak bersayapku, pemilik rahim cinta yang tak pernah
berkurang substansinya.
Allah telah menurunkanmu sebagi pelindungku, sebagai pelembut hati
seperti embun-embun yang masih bergelayut pada tangkai-tangkai pohon. Karenamu,
aku mengenal kasih sayang-Nya yang abadi tak pernah lekang oleh waktu.
Ibu, kaulah sang pemilik cinta sejati. Keringat-keringat lelahmu
tak pernah kau keluhkan padaku. Kau selalu tersenyum di hadapanku, tak pernah
inginku tahu betapa lelahnya dirimu. Ibu, andaikan kau berkenan meminjamkan
hatimu padaku, aku ingin sekali merasakan apa yang engkau rasakan.
Bahkan para daun-daun merasa iri padamu, kau begitu menyayangiku.
Tak peduli dengan semua kenakalanku, kau tetap memelukku erat. Daun-daun itu
seolah berbisik padaku, jangan pernah lepaskan ibumu. Biarkan ibumu memelukmu hangat.
Sungguh, pelukan itu begitu dalam, hangat, menembus tubuhku.
Oh ibu, betapa air mata selalu menetes dari mataku, ketika aku
mengingat semua keburukanku padamu. Tapi, kau tak pernah sekalipun memarahiku.
Kau tetap ada di sampingku, bersamaku, dengan kasih sayangmu.
Oh ibu, terbuat dari apakah hatimu? Kau begitu mulia, kasih sayang
yang kau limpahkan padaku, terkadang aku mengabaikannya. Menganggapnya seperti
angin yang berhembus begitu saja, padahal aku tahu. Dulu, kau pasti sangat
mengharap kehadiranku, menjadi pelangi dalam hidupmu.
Kau rela memberikan yang terbaik untukku, entah itu sejengkal nasi,
kau tetap memberikannya pada diriku. Sampai-sampai kau tidak memperdulikan
dirimu sendiri, Ibu.
Ibu, maafkan aku. Karena aku pernah merasa malu saat ibu
menggandeng tanganku dan bertemu dengan teman-temanku. Tapi lihatlah, kau
selalu tersenyum saat membawaku, ada kebahagiaan yang meruak dari dirimu,
bahkan kau selalu menceritakan kebaikanku dan berusaha menutupi keburukanku.
Oh ibu, mengingat dirimu, wajahmu, kristal bening seakan
tergelincir dari kelopak mataku. Ibu, bahkan Allah sangat menyayangimu. Banyak
sekali surat dalam Al Qur’an yang mengabadikan dirimu, wahai Ibu.
“Ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam waktu dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman 31:14)
Ibu, karenamu kini aku ada. Karenamu aku tahu dunia, dan karenamu aku
mengenal arti kasih sayang sesungguhnya. Tak terbayangkan betapa luar biasanya
pengorbananmu saat berusaha untuk mendorongku keluar, melihat semua
kenikmatan-Nya.
Entah apa yang harus aku balas atas semua kasih sayangmu, aku hanya
ingin berbakti padamu dan senantiasa berdo’a pada-Nya, agar kau tetap menjadi
pemilik kasih sayang yang abadi untukku.
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Isra
17:24)
Ibu, mungkin hanya surat ini yang sanggup aku persembahkan untukmu.
Tiada daun-daun yang berguguran tanpa seizin-Nya, tiada kasih sayang tanpa
kehadiranmu. Semoga Allah senantiasa menyayangimu, menjadikan kau bidadari di
sisi-Nya, dan mempertemukan kita di surga-Nya.
Ibu, kaulah arti hidupku. Sang pemilik rahim cinta, aku sangat
menyayangimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar