Rabu, 10 Februari 2016

Surat Untuk Ibu,


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Semoga Allah senantiasa mencurahkan nikmat dan karunia pada kita semua. Hai malaikat tak bersayapku, pemilik rahim cinta yang tak pernah berkurang substansinya.

Allah telah menurunkanmu sebagi pelindungku, sebagai pelembut hati seperti embun-embun yang masih bergelayut pada tangkai-tangkai pohon. Karenamu, aku mengenal kasih sayang-Nya yang abadi tak pernah lekang oleh waktu.

Ibu, kaulah sang pemilik cinta sejati. Keringat-keringat lelahmu tak pernah kau keluhkan padaku. Kau selalu tersenyum di hadapanku, tak pernah inginku tahu betapa lelahnya dirimu. Ibu, andaikan kau berkenan meminjamkan hatimu padaku, aku ingin sekali merasakan apa yang engkau rasakan.

Bahkan para daun-daun merasa iri padamu, kau begitu menyayangiku. Tak peduli dengan semua kenakalanku, kau tetap memelukku erat. Daun-daun itu seolah berbisik padaku, jangan pernah lepaskan ibumu. Biarkan ibumu memelukmu hangat.

Sungguh, pelukan itu begitu dalam, hangat, menembus tubuhku.

Oh ibu, betapa air mata selalu menetes dari mataku, ketika aku mengingat semua keburukanku padamu. Tapi, kau tak pernah sekalipun memarahiku. Kau tetap ada di sampingku, bersamaku, dengan kasih sayangmu.

Oh ibu, terbuat dari apakah hatimu? Kau begitu mulia, kasih sayang yang kau limpahkan padaku, terkadang aku mengabaikannya. Menganggapnya seperti angin yang berhembus begitu saja, padahal aku tahu. Dulu, kau pasti sangat mengharap kehadiranku, menjadi pelangi dalam hidupmu.

Kau rela memberikan yang terbaik untukku, entah itu sejengkal nasi, kau tetap memberikannya pada diriku. Sampai-sampai kau tidak memperdulikan dirimu sendiri, Ibu.

Ibu, maafkan aku. Karena aku pernah merasa malu saat ibu menggandeng tanganku dan bertemu dengan teman-temanku. Tapi lihatlah, kau selalu tersenyum saat membawaku, ada kebahagiaan yang meruak dari dirimu, bahkan kau selalu menceritakan kebaikanku dan berusaha menutupi keburukanku.

Oh ibu, mengingat dirimu, wajahmu, kristal bening seakan tergelincir dari kelopak mataku. Ibu, bahkan Allah sangat menyayangimu. Banyak sekali surat dalam Al Qur’an yang mengabadikan dirimu, wahai Ibu.

“Ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam waktu dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman 31:14)

Ibu, karenamu kini aku ada. Karenamu aku tahu dunia, dan karenamu aku mengenal arti kasih sayang sesungguhnya. Tak terbayangkan betapa luar biasanya pengorbananmu saat berusaha untuk mendorongku keluar, melihat semua kenikmatan-Nya.

Entah apa yang harus aku balas atas semua kasih sayangmu, aku hanya ingin berbakti padamu dan senantiasa berdo’a pada-Nya, agar kau tetap menjadi pemilik kasih sayang yang abadi untukku.

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al        Isra 17:24)

Ibu, mungkin hanya surat ini yang sanggup aku persembahkan untukmu. Tiada daun-daun yang berguguran tanpa seizin-Nya, tiada kasih sayang tanpa kehadiranmu. Semoga Allah senantiasa menyayangimu, menjadikan kau bidadari di sisi-Nya, dan mempertemukan kita di surga-Nya.

Ibu, kaulah arti hidupku. Sang pemilik rahim cinta, aku sangat menyayangimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar